Dilansir dari Facebook @Gusmiyadi pada tanggal 15 Juni 2021
Ulama & Juru Kunci
Hari minggu selesai subuh kami bergegas menuju Barus. Hari senin ada rapat saya di Humbang Hasondutan. Meskipun kemudian agenda rapat dewan itu diubah menjadi di Parapat, tapi saya sudah kadung meluncur. Ini momentum baik untuk mendatangi tempat-tempat hebat bersama para ulama muda di Negeri kita, Siantar – Simalungun.
Makam Mahligai terdapat dipebukitan Barus. Konon terdapat perkampungan muslim pada jamannya dahulu. Disinilah awal mula Islam di nusantara berkembang. Setidaknya negara mengakui itu; karena pemerintah menetapkan tempat ini sebagai titik 0 peradaban Islam.
Disini fakta-fakta sesungguhnya masih belum utuh terkuak. Hanya ada nisan-nisa gaya hadramaut yang bertuliskan berbagai keterangan. Berdasarkan kajian, beberapa makam disini sejaman dengan masa kehidupan Rosulullah SAW. Mereka para sahabat sang nabi yang mulia, penyampai risalah hingga kekita.
Selesai dari Mahliga, kami beristirahat diluar pagar. Air mineral kami teguk melepas dahaga. Ustadz Muhammad Assiantary tiba-tiba berdoa memotong pembicaraan kami; Beliau ingin ada pesantren dikawasan ini. Ditanah Barus yang telah pernah menjadi perkampungan para utusan.
=================
Pukul 16.00 kami bergegas ke Papan Tinggi. Ada makam Syekh Mahmud dipuncak bukit, diujung 700-an anak tangga. Pukul 17.15 kami mulai mendaki. Kami mengaji, berdoa mengharap ridho Allah.
Kami baru saja ingin mengakhiri prosesi, tetapi dibalik nisan sang juru kunci memohon menyampaikan informasi; Beliau mengatakan ada dermawan yang ingin mewakafkan tanah. Ia ingin tanah itu dijadikan PESANTREN di Barus.
Ya Allah.. kami saling pandang. Mengingat doa Ust. Syaban.
Tak cukup disana. Juru kunci menambahkan; “Saya juga memiliki tanah 2.000 meter dibawah kaki bukit ini, dibelakang rumah saya. Itupun jika diperlukan, silahkan manfaatkan untuk kepentingan dakwah.
============
Luar biasa… berderai-derai hati kami menikmati perjalanan ini. Semoga hikmah memenuhi jiwa kami; tenang dalam limpahan rahmatNya.
